EXCERPTS FROM ‘INTERLOK’
Page 95 (above): Through this way, our [reserve Malay] land that is protected by law is mortgaged to a foreign race. We are unable to do anything.
Eventually all our property will be pawned (to the Chinese).
Page 64: … mengapa tanah itu sekarang tergadai pada orang Cina ini?
Page 88: “Cina Panjang kata tanah-tanah itu semuanya haknya belaka. Lembu yang kami bela itu pun hartanya juga. Bapa saya telah gadai kepadanya.”
Page 92: Tanah sawah, tanah kampung dan tanah kebun dekat kuala dialah [Pak Musa] yang beli. Tetapi alih-alih waktu dia mati kata Seman tanah itu semua sudah digadai pada Cina Panjang tu, dan orang Cina tu pun dah suruh Seman ini keluar dari kampung tersebut.
Page 95. “Pak Musa [Seman’s father] sudah membeli tanah-tanah itu atas namanya, bukan? Dia membeli dengan duit Cina Panjang, bukan? Berapa dia beli? Katalah tanah sawah itu berharga lima puluh ringgit, Tauke Panjang menyuruh Pak Musa menandatangani satu surat hutang, surat yang mengatakan Pak Musa ada berhutang pada dia sebanyak dua ribu atau tiga ribu ringgit, surat itulah yang disimpannya bersama-sama dengan geran tanah tadi. Kalau Pak Musa mengaku tanah tu haknya, kenalah dia bayar hutangnya sebanyak tiga ribu ringgit tu dan kalaupun Seman ni besok mau tuntut tanah tu, Cina Panjang akan menunjukkan surat hutang bapanya, nah maukah Seman membayar tiga ribu ringgit untuk tanah yang berharga lima puluh ringgit tu?”
Page 96: “Cuma satu jalan saja. Itu pun kalau orang-orang kita mau sedar, mau insaf. Jangan lagi ada orang yang ikut jejak Pak Musa itu,” ujar Penghulu Talib dengan suara yang rendah, diikuti dengan suara keluhan kecil.
(There is only one way. And that is if our people will come to their senses, and realise/be brought to reason. Don’t let others [other Malays] stumble into the same pitfall as Pak Musa.)
Page 101: “Titak apa,” ujar Cina itu kemudian. “Kalau lu titak mau keluar pun titak apa. Tapi lu mesti bayar sewa sama gua.”
Page 103: Kami tak punya rumah, kami diusir sperti anjing kurap,” jawab Seman.
.
ooo.-O-.ooo ooo.-O-.ooo ooo.-O-.ooo ooo.-O-.ooo ooo.-O-.ooo ooo.-O-.ooo
.
Remember the lyrics of the Biro Tata Negara song ‘Anak kecil main api’? Cautioning the Malays, it goes:
Nenek moyang kaya raya
tergadai seluruh harta benda
akibat sengketa sesamalah kita
_____________________________________________________________________________________________________________
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.