`


THERE IS NO GOD EXCEPT ALLAH
read:
MALAYSIA Tanah Tumpah Darahku

LOVE MALAYSIA!!!


Thursday, June 1, 2023

Perangai Melayu

 

Allahyarham Tenas Effendy, seorang pencinta dan pengkaji budaya Melayu dari Riau banyak menulis mengenai sejarah dan juga perihal adab, adat, dan sejarah bangsa Melayu. Salah sebuah karya beliau yang berkualiti adalah Syair Nasib Melayu (1990), yang menyuguhkan sejarah orang Melayu, cabaran, dan juga harapan untuk generasi mendatang dalam genre syair.

Akan tetapi, sebagai seorang budayawan dan seniman Melayu yang adil, kita mendapati beliau bukan gila-gila atau buta-buta mengangkat orang Melayu dan menuntut-nuntut ketuanannya. Sebaliknya, jika kita membaca dan menilik Syair Nasib Melayu, kita akan mendapati Pak Tenas berterus-terang mengenai perangai Melayu, menyelar tingkah laku buruk, serta mengungkap rasa tidak senang beliau kepada nasib bangsa yang tidak mahu berubah.

Untuk bukan Melayu pula, Pak Tenas juga dengan ikhlas hati mengharapkan mereka sudi berkongsi nasib dan nasi; yang mana ‘senasib sepenanggungan’ dan ‘sesampan sama berkayuh, sebiduk sama berlayar’.

Dalam Syair Nasib Melayu, Pak Tenas menurunkan pelbagai nasihat untuk dijadikan panduan dan rujukan bangsa. Pertamanya, allahyarham mengungkapkan kepentingan ilmu.

Di bumi Melayu pembangunan pesat
Baik di laut maupun di darat
Banyak peluang boleh didapat
Banyaklah usaha boleh dibuat

Tetapi karena ilmu tak ada
Peluang yang ada terbuang saja
Diisi orang awak menganga
Akhirnya duduk mengurut dada

Di bumi Melayu banyak kesempatan
Untuk menjadi sumber pendapatan
Karena pengetahuan tak ada di badan
Orang lain yang memanfaatkan

Sekarang ilmu menjadi ukuran
Untuk mendapat lapangan pekerjaan
Tidak peduli Melayu ataupun bukan
Siapa mampu dia didahulukan.

Ads by Kiosked

Sebahagian besar ingatan Pak Tenas memang memanjangkan persoalan keilmuan ini. Ia menjadi gagasan sentral Syair Nasib Melayu. Keduanya, Pak Tenas menyanggah sifat malas belajar dan tidak mahu mengaji. Beliau malah memanggil golongan pemalas sebagai bodoh, dan celaka, bahkan bebal.

Di sinilah tempat Melayu jatuh
Karena banyak yang masih bodoh
Peluang yang dekat menjadi jauh
Nasib pun malang celaka tumbuh.

Tentulah Melayu tak semuanya bodoh
Ada juga yang pandai dan tangguh
Apabila mereka bersungguh-sungguh
Tentulah dapat hidup senonoh.

Untuk kelompok yang meromantika sejarah lalu dan asyik membesarkan episod lampau yang telah luput berakhir, Pak Tenas melabelkan mereka sebagai mabuk dan dungu.

Kelemahan lain orang Melayu
Mabuk merindu masa yang lalu
Zaman berubah tak mahu tahu
Akhirnya hidup bebal dan dungu

Jika label ‘malas’ selalu membuatkan Melayu melenting, ketahuilah Pak Tenas, seorang tokoh dan pemuka Melayu sendiri pernah menegur sikap segelintir bangsa yang tidak mahu bersusah ini:

Ads by Kiosked

Sebagian Melayu berkepala besar
Pantang baginya bekerja kasar
Menjadi kuli ia tak gemar
Akhirnya nasib tetap terkapar

Sebagian Melayu kerja memilih
Terasa berat ia beralih
Dalam bersaing pasti tersisih
Akhirnya hidup menanggung pedih

Sebagian Melayu tak mau bersusah
Mencari kerja yang mudah-mudah
Bila bersaing tentulah kalah
Akhirnya hidup tak tentu arah

Sebagian Melayu tak jelas tujuan
Sebentar ke kiri sebentar ke kanan
Bagaikan kapal tiada pedoman
Akhirnya hidup dalam bayangan

Sebagian Melayu kurang teliti
Mencari peluang tiada jeli
Hidup selalu menanti-nanti
Akhirnya melamun petang dan pagi

Sebagian Melayu bergantung ke orang
Berusaha sendiri ianya gamang
Percaya diri amatlah kurang
Lambat laun badan terbuang

Sebagian Melayu amat pemalu

Meminta tolong ianya tabu
Biarlah lapuk dalam menunggu
Daripada meminta ke hilir ke hulu

Sebagian Melayu lemah semangat
Terhadap kerja tulangnya berat
Mencari peluang akalnya tumpat
Akhirnya hidup tetap melarat

Ketiganya, Pak Tenas menegur perangai orang yang suka berdengki dan jatuh menjatuhkan. Pantang dilihat Melayu maju maka mereka akan mencari pasal. Apatah lagi jika orang Melayu itu maju bersama-sama kaum bukan Melayu, lebih-lebih lagi datang iri hati dan membuat khianat. Maka diatur bermacam-macam langkah dan muslihat, sehingga ikut tergamak menunggang agama:

Sebagian Melayu asik melagak
Membanggakan diri serta membengak
Kampung halamannya dibiarkan rusak
Akhirnya hidup makan kerak

Ada Melayu berkelompok-kelompok
Satu dan lain saling berantuk
Caci mencaci buruk memburuk
Akhirnya semua jatuh terpuruk

Sebagian Melayu berebut pusaka
Sesama saudara berburuk sangka
Rahmatnya hilang datang celaka
Hidup pun bagai dalam neraka

Ads by Kiosked

Sebagian Melayu berebut pangkat
Sesama saudara cacat mencacat
Satu naik sepuluh menghembat
Akhirnya semua tidak mendapat

Sebagian Melayu berhati pengecut
Membetulkan kemungkaran ianya takut
Duduk menepi bersungut-sungut
Akhirnya hidup ditelan kabut

Sebagian Melayu tergigit lidah
Karena sudah termakan sumpah
Akal hilang budi terlapah
Akhirnya hidup tiada bermarwah

Sebagian Melayu mabuk dunia
Mengejar pangkat memburu harta
Agama menipis iman pun hampa
Akhirnya hidup hina dan dina

Semua perangai buruk di atas kita hadapi hari-harian, di kejiranan, pejabat, menara gading, dan kediaman atau dalam kerabat sendiri. Dalam hal ini jugalah Pak Tenas menyerang tindak-tanduk orang yang bangga menjadi Melayu tetapi kaki fitnah, dan mencari gaduh dengan bukan Melayu.

Sebagian gila memburukkan orang
Menyebarkan fitnah pagi dan petang
Tumbuhlah cemburu terhadap pendatang
Hidup yang rukun mulai merenggang

Ads by Kiosked

Sebagian pula gila menghasut
Mengadu domba mencari pengikut
Hidup yang damai menjadi kusut
Sesama saudara lecut melecut

Sebagian gila mengambil muka
Supaya mendapat tempat yang basah
Sesama saudara laga melaga
Akhirnya hidup berpecah belah

Keempatnya, selain mengkritik keras perangai yang tidak cendekia, Pak Tenas tidak berhenti dan gigih menyerang juga perangai yang konon cendekiawan tetapi sebetulnya meleset teruk dari segi akhlak, ilmu, dan iman. Dalam hal ini Pak Tenas secara bijak menghamburkan kekesalan beliau terhadap Melayu yang tidak mahu turun padang membantu nasib Melayu; kumpulan pengampu; juga kelompok yang hanya pandai bercakap.

Yang kononnya sarjana tetapi membawa bencana ini menjadi sasaran kemarahan almarhum dalam Syair Nasib Melayu:

Sebenarnya banyak Melayu terkenal
Gelar berderet ilmu pun handal
Tetapi karena takut dicekal
Dirinya selamat rakyat terjual

Banyak pula Melayu yang taat
Mencoba tegak membela umat
Sayang dirinya hidup melarat
Baru melangkah sudah sekarat

Ads by Kiosked

Banyak Melayu merasa kasihan
Melihat kaumnya dalam kesusahan
Hendak menolong awak kelaparan
Hendak bertindak tak ada kekuatan

Banyak Melayu merasa iba
Menengok nasib rakyat jelata
Hendak menolong awak pun papa
Hendak bertindak tak ada daya

Banyak Melayu bercakap di tepi
Menceritakan nasib Melayu kini
Berbicara lantang tidak berani
Takut tercampak atau digari

Ada Melayu hidup berjaya
Karena mau bermuka dua
Ke mari memuji ke sana memuja
Kaumnya melarat ia tak kena

Ada Melayu yang hidup senang
Karena menyelit di ketiak orang
Kaumnya susah ia tak pandang
Harga dirinya sudah melayang

Ada Melayu berpangkat tinggi
Karena ke atas rajin memuji
Nasib bawahan tidak peduli
Entah hidup entah kan mati

Ads by Kiosked

Lebih menyayat hati ialah ada Melayu yang sedar akan keadaan malang ini tetapi tidak mempunyai wadah untuk membetulkan keadaan lantaran dimusuhi bangsa sendiri.

Banyak pula Melayu semenggah
Membela umat hatinya tabah
Tetapi sayang pangkatnya rendah
Menghadapi atasan tergigit lidah

Pak Tenas pernah menjawat sebagai ketua Majlis Kerapatan Adat dan Lembaga Adat Riau. Beliau mengkaji budaya Melayu lebih 30 tahun sebelum meninggal dunia pada 2015. Almarhum juga menghasilkan lebih 120 buah karya yang disebarluaskan oleh Balai Kajian dan Pengembangan Budaya Melayu di Riau, Dewan Bahasa dan Pustaka serta pejabat Pemerintah Daerah Riau. Beliau turut mengungkapkan lebih 17 ribu ungkapan dan lebih 10 ribu rangkap pantun. Makanya, Pak Tenas orang yang selayaknya untuk bercakap mengenai perangai orang Melayu.

Selain mengingatkan perihal ilmu dan jangan malas, Pak Tenas juga sangat mementingkan kesatuan. Menurut Pak Tenas sikap loba dan tamak musuh perpaduan.

Sesama bangsa kita berpesan
Janganlah suka memakan teman
Loba dan tamak kita jauhkan
Supaya kekal tali persaudaraan.

Mutiara kata Pak Tenas dalam syair ini sangat patut dibaca ramai. Sebagai pengkaji dan peneliti orang Melayu, nasihat dan teguran ikhlas beliau wajar diperiksa. Syair Nasib Melayu ini wajar diangkat bahkan ia patut dibaca sebagai panduan ‘perangai Melayu’. - FMT

Ads by Kiosked

Artikel ini adalah pandangan penulis dan tidak semestinya mewakili MMKtT.

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.